Stratigrafi cekungan Sumatera Bagian Selatan menurut pembagian Shell, (1978). Urutan
stratigrafi dari yang tua ke muda adalah sebagai berikut:
1) Formasi
Gumai (Tmg)
Formasi ini
terdiri atas serpih, dengah sisipan
batu pasir halus dan setempat napal dan batu gamping, berlapis baik. Serpih
kelabu-coklat, gampingan, mengandung karbon dan pirit.
Batu pasir,
putih kekuningan, gampingan, berbutir halus, tebal 1-3 m, setempat
sisipan batu lempung. Napal
terdapat
di bagian atas runtunan abu-abu kehitaman, mungkin mengandung besi dari pirit.
Batu gamping, kelabu-putih, padu, terdapat pada bagian atas dari runtunan
pengendapan.
Tebal
formasi ini adalah 700 m, dengan lingkungan
pengendapan laut dalam (neritik) terbuka. Kemiringan 10-35° timur laut-barat daya. Berumur Akhir
Miosen Awal -
Awal Miosen Tengah.
2) Formasi
Air Benakat (Tma)
Formasi
ini terdiri atas
perselingan antara batu lempung dan batu pasir, dengan sisipan konglomerat
gampingan, napal dan batu lanau. Ke arah bagian atas batu pasir menjadi lebih
dominan dan setempat mengandung batu bara. Batu lempung, kelabu sampai coklat,
padu, setempat, tufan, tebal perlapisan 0,15-0,75 m. Batu pasir, kelabu
kehijauan, setempat tufan, glaukonitan, berbutir sedang-kasar, terpilah baik,
menyudut tanggung - membulat,
berlapis baik, tebal 1-3 m. Batu lanau, kelabu kehitaman, seringkali karbonan,
dengan sisipan serpih dan lapisan tipis batu pasir. Konglomerat, gampingan dan
aneka bahan, komponen terdiri atas
batu gamping kelabu kecoklatan dan batu pasir dalam massa dasar pasiran yang
kasar, umumnya terpilah baik, tebal lapisan 0,5 m atau lebih. Napal, kelabu,
agak padu. Batu pasir ditemukan
di bagian atas dari runtuhan berbutir sedang kasar, glaukonitan dan mengandung sisa
tumbuhan dan sisipan batu bara.
Tebal
lapisan Formasi ini 500 meter,
diendapkan di lingkungan laut dangkal, menindih selaras Formasi Gumai. Umur Formasi ini Akhir Miosen
Tengah - Awal Miosen Akhir.
3) Formasi
Muara Enim (Tmpm)
Formasi ini
berumur Miosen Atas, merupakan satuan batuan pembawa batu bara, kemudian dengan
mengacu pada pembagian Shell (1978),
pada kondisi yang ideal lengkap formasi
ini dibagi menjadi beberapa anggota, yaitu Muara Enim 1 (M1), Muara Enim 2
(M2), Muara Enim 3 (M3), dan Muara Enim 4 (M4), dari bawah ke atas adalah
sebagai berikut:
·
Anggota
M1
Merupakan
perulangan batu pasir, batu lanau, batu lempung dengan sisipan batu bara. Batu pasir
berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, berbutir halus hingga sedang,
kompak, terpilah baik,
dengan fragmen kuarsa dominan. Perselingan batu lempung dan batu pasir,
berwarna abu-abu, terdapat nodul-nodul gamping, coklat terang, keras. Sedangkan
batu lanau berwarna abu-abu, kompak, umumnya berselingan dengan batu lempung.
Batu bara dijumpai dua lapisan dengan ketebalan antara 0,5 m sampai 1 m.
·
Anggota
M2
Merupakan
satuan batuan yang terdiri atas batu lempung, batu lempung karbonan, batu pasir,
batu lanau dan batu bara. Batu lempung umumnya berwarna abu-abu gelap, masif,
sering ditemukan struktur sedimen laminasi paralel, jejak tumbuhan serta
fragmen batu bara. Batu lempung karbonan, berwarna abu-abu kecoklatan, umumnya
agak lunak dan biasanya bertindak sebagai batuan pengapit batu bara. Batu pasir
berwarna abu-abu terang sampai abu-abu kehijauan, berbutir halus sampai sedang,
membulat sedang, terpilah buruk, mudah terurai, fragmen kuarsa dominan. Batu lanau
berwarna abu-abu kehijauan hingga abu-abu kecoklatan, kompak, umumnya ditemukan
struktur sedimen laminasi paralel. Batu bara yang ditemukan pada anggota M2 ini
berjumlah tiga lapisan dengan tebal antara 0,3 m sampai 6,6 m.
·
Anggota
M3
Merupakan
satuan batuan yang terdiri atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, dan batu bara.
Batu pasir berwarna abu-abu, berbutir halus, terpilah baik, mineral kuarsa
dominan. Batu lanau, abu-abu terang kehijauan sampai kecoklatan, kompak,
struktur sedimen laminasi paralel, mengandung jejak tumbuhan. Batu lempung
berwarna abu-abu kecoklatan, kompak, masif, banyak dijumpai jejak tumbuhan.
Batu bara yang ditemukan dua lapisan dengan tebal antara 1,0 m sampai 8,1 m.
·
Anggota
M4
Terdiri
atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, dan batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu terang,
berbutir halus, terpilah baik, tufan dan mineral kuarsa banyak dijumpai. Batu lanau,
abu-abu terang, kompak, mengandung jejak tumbuhan, struktur tumbuhan, struktur
sedimen laminasi paralel. Batu lempung berwarna abu-abu kecoklatan, lunak, kompak,
struktur sedimen laminasi, pararel dan jejak
tumbuhan banyak ditemukan. Batu bara pada anggota M4 ditemukan dua lapisan
dengan ketebalan berkisar antara 1,0 m sampai 3,7 m.
4) Formasi
Kasai (QTk)
Formasi ini terdiri
atas tuf dan tuf berbatu apung
dengan sisipan batu lempung tufan dan batu pasir tufan, setempat konglomeratan
dan mengandung kayu terkersikkan sampai sepanjang 3 m. Tuf, kelabu muda sampai
kelabu kecoklatan/kuning, berbutir halus sampai kasar, menyudut sampai membulat
tanggung, padu, umumnya pejal, tidak ada perlapisan yang jelas, pita-pita
oksida besi, perlapisan silang siur pada satuan-satuan yang berbutir kasar. Tuf
berbatu apung kecoklatan-kekuningan, pejal, berbutir halus-kasar, menyudut
tanggung, membulat, panjang berbatu apung 0,5-5 cm. Batu pasir tufan, kelabu
sampai coklat kuning, berbutir halus sampai kasar seringkali teroksidasi. Batu lempung
tufan, kekuningan, lunak tetapi padu. Konglomerat kelabu kekuningan, komponen
batu apung, lava dan kuarsa berukuran 1-3 cm, kemas terbuka-tertutup, massa
dasar tufan padu, berbutir sedang.
Formasi
ini memiliki ketebalan lebih dari 450 m, diendapkan di lingkungan darat, hasil
kikisan Geantiklin Barisan. Setempat menindih tak selaras Formasi Muaraenim dan
ditindih oleh satuan-satuan Holosen. Berumur Pliosen Akhir- Plistosen Awal.
5) Aluvium
Endapan ini terdiri atas kerakal, pasir, lumpur dan lempung. Diperkirakan
umur endapan ini adalah Holosen.
Di bawah
ini adalah tatanan stratigrafi secara regional cekungan Sumatera Selatan
oleh Shell (1978) (Gambar 3.4).
Gambar
3.4
Stratigrafi cekungan Sumatera
Selatan (Shell, 1978)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar