"Geology is science of the earth"

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Twitter

Jumat

Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan




Stratigrafi cekungan Sumatera Bagian Selatan menurut pembagian Shell, (1978). Urutan stratigrafi dari yang tua ke muda adalah sebagai berikut:

1)      Formasi Gumai (Tmg)
Formasi ini terdiri atas serpih, dengah sisipan batu pasir halus dan setempat napal dan batu gamping, berlapis baik. Serpih kelabu-coklat, gampingan, mengandung karbon dan pirit.
Batu pasir, putih kekuningan, gampingan, berbutir halus, tebal 1-3 m, setempat sisipan batu lempung. Napal terdapat di bagian atas runtunan abu-abu kehitaman, mungkin mengandung besi dari pirit. Batu gamping, kelabu-putih, padu, terdapat pada bagian atas dari runtunan pengendapan.
Tebal formasi ini adalah 700 m, dengan lingkungan pengendapan laut dalam (neritik) terbuka. Kemiringan 10-35° timur laut-barat daya. Berumur Akhir Miosen Awal - Awal Miosen Tengah.

2)      Formasi Air Benakat (Tma)
Formasi ini terdiri atas perselingan antara batu lempung dan batu pasir, dengan sisipan konglomerat gampingan, napal dan batu lanau. Ke arah bagian atas batu pasir menjadi lebih dominan dan setempat mengandung batu bara. Batu lempung, kelabu sampai coklat, padu, setempat, tufan, tebal perlapisan 0,15-0,75 m. Batu pasir, kelabu kehijauan, setempat tufan, glaukonitan, berbutir sedang-kasar, terpilah baik, menyudut tanggung - membulat, berlapis baik, tebal 1-3 m. Batu lanau, kelabu kehitaman, seringkali karbonan, dengan sisipan serpih dan lapisan tipis batu pasir. Konglomerat, gampingan dan aneka bahan, komponen terdiri atas batu gamping kelabu kecoklatan dan batu pasir dalam massa dasar pasiran yang kasar, umumnya terpilah baik, tebal lapisan 0,5 m atau lebih. Napal, kelabu, agak padu. Batu pasir ditemukan di bagian atas dari runtuhan berbutir sedang kasar, glaukonitan dan mengandung sisa tumbuhan dan sisipan batu bara.
Tebal lapisan Formasi ini 500 meter, diendapkan di lingkungan laut dangkal, menindih selaras Formasi Gumai. Umur Formasi ini Akhir Miosen Tengah - Awal Miosen Akhir.

3)      Formasi Muara Enim (Tmpm)
Formasi ini berumur Miosen Atas, merupakan satuan batuan pembawa batu bara, kemudian dengan mengacu pada pembagian Shell (1978), pada kondisi yang  ideal lengkap formasi ini dibagi menjadi beberapa anggota, yaitu Muara Enim 1 (M1), Muara Enim 2 (M2), Muara Enim 3 (M3), dan Muara Enim 4 (M4), dari bawah ke atas adalah sebagai berikut:

·         Anggota M1
Merupakan perulangan batu pasir, batu lanau, batu lempung dengan sisipan batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, berbutir halus hingga sedang, kompak, terpilah baik, dengan fragmen kuarsa dominan. Perselingan batu lempung dan batu pasir, berwarna abu-abu, terdapat nodul-nodul gamping, coklat terang, keras. Sedangkan batu lanau berwarna abu-abu, kompak, umumnya berselingan dengan batu lempung. Batu bara dijumpai dua lapisan dengan ketebalan antara 0,5 m sampai 1 m.

·         Anggota M2
Merupakan satuan batuan yang terdiri atas batu lempung, batu lempung karbonan, batu pasir, batu lanau dan batu bara. Batu lempung umumnya berwarna abu-abu gelap, masif, sering ditemukan struktur sedimen laminasi paralel, jejak tumbuhan serta fragmen batu bara. Batu lempung karbonan, berwarna abu-abu kecoklatan, umumnya agak lunak dan biasanya bertindak sebagai batuan pengapit batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu terang sampai abu-abu kehijauan, berbutir halus sampai sedang, membulat sedang, terpilah buruk, mudah terurai, fragmen kuarsa dominan. Batu lanau berwarna abu-abu kehijauan hingga abu-abu kecoklatan, kompak, umumnya ditemukan struktur sedimen laminasi paralel. Batu bara yang ditemukan pada anggota M2 ini berjumlah tiga lapisan dengan tebal antara 0,3 m sampai 6,6 m.

·         Anggota M3
Merupakan satuan batuan yang terdiri atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, dan batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu, berbutir halus, terpilah baik, mineral kuarsa dominan. Batu lanau, abu-abu terang kehijauan sampai kecoklatan, kompak, struktur sedimen laminasi paralel, mengandung jejak tumbuhan. Batu lempung berwarna abu-abu kecoklatan, kompak, masif, banyak dijumpai jejak tumbuhan. Batu bara yang ditemukan dua lapisan dengan tebal antara 1,0 m sampai 8,1 m.

·         Anggota M4
Terdiri atas batu pasir, batu lanau, batu lempung, dan  batu bara. Batu pasir berwarna abu-abu terang, berbutir halus, terpilah baik, tufan dan mineral kuarsa banyak dijumpai. Batu lanau, abu-abu terang, kompak, mengandung jejak tumbuhan, struktur tumbuhan, struktur sedimen laminasi paralel. Batu lempung berwarna abu-abu kecoklatan, lunak, kompak, struktur sedimen laminasi, pararel dan jejak tumbuhan banyak ditemukan. Batu bara pada anggota M4 ditemukan dua lapisan dengan ketebalan berkisar antara 1,0 m sampai 3,7 m.

4)      Formasi Kasai (QTk)
Formasi ini terdiri atas tuf dan tuf berbatu apung dengan sisipan batu lempung tufan dan batu pasir tufan, setempat konglomeratan dan mengandung kayu terkersikkan sampai sepanjang 3 m. Tuf, kelabu muda sampai kelabu kecoklatan/kuning, berbutir halus sampai kasar, menyudut sampai membulat tanggung, padu, umumnya pejal, tidak ada perlapisan yang jelas, pita-pita oksida besi, perlapisan silang siur pada satuan-satuan yang berbutir kasar. Tuf berbatu apung kecoklatan-kekuningan, pejal, berbutir halus-kasar, menyudut tanggung, membulat, panjang berbatu apung 0,5-5 cm. Batu pasir tufan, kelabu sampai coklat kuning, berbutir halus sampai kasar seringkali teroksidasi. Batu lempung tufan, kekuningan, lunak tetapi padu. Konglomerat kelabu kekuningan, komponen batu apung, lava dan kuarsa berukuran 1-3 cm, kemas terbuka-tertutup, massa dasar tufan padu, berbutir sedang.
Formasi ini memiliki ketebalan lebih dari 450 m, diendapkan di lingkungan darat, hasil kikisan Geantiklin Barisan. Setempat menindih tak selaras Formasi Muaraenim dan ditindih oleh satuan-satuan Holosen. Berumur Pliosen Akhir- Plistosen Awal.

5)      Aluvium
Endapan ini terdiri atas kerakal, pasir, lumpur dan lempung. Diperkirakan umur endapan ini adalah Holosen.
 
Di bawah ini adalah tatanan stratigrafi secara regional cekungan Sumatera Selatan oleh Shell (1978) (Gambar 3.4).


Gambar 3.4
Stratigrafi cekungan Sumatera Selatan (Shell, 1978)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner